Banner Iklan

Tabligh Akbar, Pj Bupati Bombana Buka  MUKERDA KE-XII Wahda Islamiyah

 

KilasSultra.com-BOMBANA-Pj. Bupati Bombana Edy Suharmanto membuka Musyawarah Kerja Daerah (MUKERDA) Ke-XII Wahdah Islamiyah Bombana. Kamis 8 Februari 2024

Kegiatan Musyawara kerja itu dirangkaikan pula dengan kegiatan Tabligh Akbar. Acara dipusatkan di Masjid Agung Nurul Iman Kelurahan Kasipute, Kecamatan Rumbia

Hadir dalam acara tersebut diantaranya Ketua DPW Wahdah Islamiyah Sultra, Ketua DPD Wahdah Islamiyah Bombana, Pemateri Tabligh Akbar serta seluruh undangan peserta Mukerda XII.

Wahdah Islamiyah adalah sebagai sebuah organisasi keagamaan yang telah banyak mengambil peran yang cukup strategis dan menjadi salah satu ujung tombak dalam mengimplementasikan berbagai program pembangunan Kabupaten Bombana.

Edy Suharmanto dalam sambutannya mengajak seluruh pengurus untuk memajukan organisasi ini kearah yang lebih baik serta dapat bersinergi dengan pemerintah daerah khususnya dalam rangka mensukseskan pelaksanaan berbagai program pembangunan di Kabupaten Bombana.

 

 

“Melalui Mukerda ini saya menitipkan harapan agar Wahdah Islamiyah kedepannya terus mengoptimalkan perannya sebagai juru damai terhadap perbedaan yang terjadi di kalangan umat, sehingga senantiasa terpelihara ukhuwah Islamiyyah dan semangat persaudaraan di kalangan umat Islam”Ucap Edy Suharmanto.

Dia berharap agar tetap menjaga kesolidan organisasi, kesolidan pengurus agar menghasilkan keputusan terbaik dalam Musyawarah Kerja Daerah ke-XII Wahdah Islamiyah Bombana.

Wahdah Islamiyah (WI) adalah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam dari Sulawesi Selatan. WI merupakan salah satu organisasi ahlus sunnah terawal di Indonesia, berdiri sejak 18 Juni 1988 dengan nama Yayasan Fathul Muin (YFM). Organisasi ini memiliki cabang tersebar di seluruh Indonesia, terutama Sulawesi dan Kalimantan.

Wahdah Islamiyah pertama kali muncul dari perkumpulan pemuda aktivis Muhammadiyah di Makassar yang pernah dibimbing oleh Mayor K.H. Fathul Muin Dg. Maggading, tokoh Muhammadiyah Sulawesi Selatan,

pada 1980-an. Perkumpulan tersebut menolak menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal seperti yang diusung oleh pemerintah orde baru. Pada 1988, Muhammadiyah mengakui Pancasila sebagai asas tunggal, sehingga para anggota perkumpulan tersebut mengeluarkan diri dari Muhammadiyah.

Para aktivis tersebut kemudian mendirikan Yayasan Fathul Muin (YFM) pada 18 Juni 1988. Yayasan pendidikan tersebut berganti nama menjadi Yayasan Wahdah Islamiyah (YWI) pada 19 Februari 1998 dan Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah (YPWI) pada 25 Mei 2000.

 

 

Pada Musyawarah YPWI ke-2 tanggal 14 April 2002, yayasan bersepakat untuk mendirikan organisasi kemasyarakatan dengan nama yang sama, yaitu “Wahdah Islamiyah (WI)”.

Sejak saat itulah, YPWI yang merupakan cikal bakal berdirinya ormas WI disederhanakan fungsinya sebagai lembaga yang mengelola pendidikan formal milik Wahdah Islamiyah.

Berbeda dengan pengalaman selama orde baru, WI mulai bersikap kooperatif dengan pemerintah Indonesia sejak reformasi. Hal ini kemudian terlihat dari beberapa program sosial WI yang sering menggandeng pemerintah lokal di Sulawesi Selatan. (ADV)

 

 

 

Tulis Komentar