Banner Iklan

Mengenal tarian MOMAANI, Tarian Perang Moronene

 

KilasSultra.com-BOMBANA-Setiap masyarakat yang memiliki jejak heroik dalam tradisi dan budayanya pasti mewarisi seni budaya berupa tarian perang (war dance atau contra dance).

Di Indonesia, kita mengenal beberapa versi tarian perang yang unik dari berbagai suku yang ada seperti “barulese” (Nias), “hedung” (Flores), “kancet papatai” (Dayak), “cakalele” (Maluku) dan “tobe” (Asmat). Di Sulawesi, hampir semua suku juga memilki seni tari perang sebagaimana dirangkum oleh Walter Kaudern dalam bukunya “Games and Dances in Celebes” tahun 1929. Ada tari “momose” (Poso), “salo” (Minahasa), “mapasai” (Saadang), “mapos” (Pinapuan, Banggai) dan “momaani” (Moronene).

Dalam bahasa Moronene, kata “momaani” berasal dari kata “maani” yang berarti tari perang. Jadi kata “momaani” berarti menari tari perang (melakukan tarian perang). Kata “maani” dan “momaani” ini memiliki kesamaan arti dengan kata “mani” dan “momani” dalam Bahasa Pamona untuk gerakan menari dan mengeliilingi.

Sebuah bait syair dalam “kada” (sastra lisan) mengisahkan “momaani” sebagai berikut:

Kau podedeaho rasano lopoi (sehingga dengarkanlah suara lonceng-lonceng/lopoi)

Keleno wongkamaani (bunyi gemerincing gerakan momaani)

alai lopoi solo (suara lopoi yg menggetarkan)

wongkamaani wulaa (juntaian ujung hulu emas yang menari-nari)

Powulelentombino polonga banderano (sebagai mayang yang berkibar bunga benderanya)

 

 

Menurut tradisi, “momaani” bagi suku Moronene tidak jauh berbeda dengan suku-suku lain yaitu sebagai wahana latihan atau uji ketangkasan para kesatria sebelum perang dan untuk merayakan kemenangan dalam peperangan.

Namun jauh sebelumnya, “momaani” juga biasa digelar dalam sebuah acara (semacam festival) berburu kepala manusia, sebuah tradisi yang diwarisi dari adat budaya leluhur suku-suku tua Austronesia.

Pagelaran “momaani” dilakukan oleh dua orang laki-laki dengan pakaian perang kesatria yang lengkap berupa baju perang, pelindung kepala dan tameng “kinalawa”. Salah seorang penari menggunakan senjata berupa parang besar (“taa”) yang dihiasi dengan lonceng-longceng kecil (“lapoi”) dan lawannya menggunakan tombak perang (“padanga”).

Parang “taa” dan tombak “padanga” merupakan senjata utama (pusaka) orang Moronene. [Pakaian perang dan jenis-jenis senjata lainnya akan diuraikan dalam tulisan berikutnya]. Kedua penari tersebut akan melakukan gerakan-gerakan menyerang dan membela diri sambil diiringi oleh musik berupa tetabuhan gendang (“ganda”) atau gong (“tawa-tawa”).

 

 

Johannes Elbert menuliskan sebuah syair heroik dan merekam sebuah pertunjukan “momaani” di Rumbia bulan September tahun 1909 dalam bukunya “Die Sunda-Expedition” Vol I, halaman 269 (foto terlampir) dengan penjelasan yang dikutip oleh Walter Kaudern dalam bukunya “Games and Dances in Celebes” yang terjemaahannya tertulis

Diantaranya sebagai berikut:

“Dengan diiringi musik (tetabuhan gendang/gong), kedua prajurit yang berbaju perang lengkap (pemburu kepala) melakukan semua gerakan seperti dalam pertarungan (pertempuran) menggunakan berbagai senjata (parang dan tombak).

Mereka menari-nari saling mengitari, menghujamkan senjata mereka secara tiba-tiba atau menghindar, berlari bersama di tiap kesempatan dengan tameng dan saling memukulkan senjata mereka. Teman mereka menonton sambil duduk membentuk lingkaran sebagai batas arena, sambil meminum tuak menikmati pertunjukan dan menyoraki dengan tempukan tangan.

Pertunjukan bisa berlangsung lama karena masing-masing bertanding secara bergantian untuk menguji ketengkasan mereka”

Pada masa kini “momaani” hanya dipersembahkan dalam acara menyambut tamu penting, prosesi perkawinan dan pentas seni budaya. Koreografinya dibuat lebih sederhana.

Dimana gerakan-gerakan penari lebih sederhana dengan frekuensi kontak fisik yang lebih sedikit. Penari tidak lagi menggunakan baju perang melainkan baju tradisional biasa dilengkapi dengan selempang yang menyilang (mirip penari “cakalele”). Senjata yang digunakan hanya parang mirip “taa”, tidak menggunakan tombak serta tameng “kinalawa” yang lebih kecil ukurannya.(KJM/ADV)

 

 

Tulis Komentar