Mengenal Makam Syekh di Pulau Sagori
KilasSultra.com: Pulau kecil bernama Sagori di Kepulauan Kabaena, tidak saja menyimpan keindahan bahari dan tumpukan kapal VOC yang karam akibat hantaman gelombang laut di musim barat (Manuskrip Kemalangan Kapal VOC, 1650).
Sagori dalam bahasa lokal Kotu’a memiliki makna satu lingkaran utuh berupa setengahnya adalah hamparan pasir putih melekuk bagai sabit, dan setengah lainnya yaitu hijau laut yang dalam lagu KABAENA KAMPO TANGKENO menyebutnya penanda alur air lakambula mengalir.
Di tengah pulau itu terdapat sebuah makam tua yang teridentifikasi dimakamkan sezaman dengan karamnya limat unit kapal dagang VOC. Dari beberapa catatan dan sumber menyebut bahwa ialah almarhum SAIDI (Sayidina/Syaikh Syarif Muhammad).
Sekh Sarifu begitu orang Kabaena menyebutnya, disebut mulai menganjur ajaran Islam dimulai dari Timur tepatnya di Wumbuburo yaitu salah satu pemukiman warga dimasa lampau yang letaknya berada diketinggian sekira 680 meter diatas permukaan laut.
“Ditempat itu, ada salah satu sandaran berupa batu berdiri dan lebar yang disebut Pehonda’ano Saidi”, tutur Baadia, salah seorang tetua adat disana.
Pemerhati Budaya Kabaena, Irwan Jaya mengisahkan Saidi tidaklah lama di Wumbuburo. Berdasarkan kisah yang dituturkan turun menurun dari leluhurnya, Saidi selanjutnya mengarah ke bagian barat Kabaena
Pulau Sagori adalah salah satu pulau di wilayah Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Pulau ini merupakan karang atol berbentuk hampir setengah lingkaran. Pulau tersebut tak lebih dari onggokan pasir putih dengan panjang sekitar 3.000 meter dan pada bagian tengah yang paling lebar, 200 meter.
Jarak terdekat dengan daratan Kabaena sekitar 2,5 mil. Namun, pengunjung biasanya bertolak dari Sikeli, kota pelabuhan di Kecamatan Kabaena Barat, dengan jarak sekitar empat mil atau sekitar 30 menit dengan perahu motor. Sagori merupakan wilayah Kelurahan Sikeli (ADV)