KilasSultra.com-BOMBANA-Pagi manakala cuaca cerah, kami beranjak menuju salah satu Gua di Bagian Selatan Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana-Sulawesi Tenggara.
Disebut kami karena yang menelusur masing-masing H. Maidin (60-an) Tahun, Rahmat (50-an) tahun dan saya sendiri Jumrad Raunde
Star dari rumah sekitar pukul 07.4 waktu setempat menggunakan motor dengan waktu tempuh sekitar 15 menit hingga ke tempat parkir.
Selanjutnya kami meratakan kaki mengikuti kontur bukit pada kemiringan bidang berkisar 40⁰ – 80⁰. Gua yang pertama dituju adalah Batu Kaca. Gua itu berkedalaman sekitar 3 meter dan luas sekitar 5-8 meter.
Disebut batu kaca karena pada bagian tertentu, terlihat lempengan batu mengkilat seperti kaca. Batu itu diduga kuat merupakan stalakmit/stalakti yang terbentuk oleh tetesan air di dalam gua.
Beberapa saat di gua itu, kemudian bergeser mengarah ke selatan melintasi bukit batu yang relatif berisiko bagi keselamatan. Sekitar 45 menit berjalan, sampailah kami di gua yang menjadi tujuan utama.
Setiba di kaki bukit batu yang diduga kuat sebagai tempat rangka manusia itu, kami rehat beberapa jenak, sembari mengisap rokok berdasar selera masing-masing dan beberapa tegukan air putih pada botol aqua 600mg.
GUA MAHRUN
Gua itu kami bersepakat menamakannya Gua Mahrun, yaitu tiga serangkai dari nama kami. Kesepakatan lahir atas pertimbangan gua dimaksud tidak bernama Menurut H. Maidin, orang pertama yang menemukan gua itu Tahun 1990-an melalui petunjuk mimpi, tak pernah ia mendengar orang di Kampung Lengora menyebut bahkan mengetahui keberadaan gua dimaksud.
Pertamakali ditemukan, ia bersama seorang rekannya (sudah almarhum), ketika mencari sarang walet yang kala itu dapat dikategori sebagai salah satu mata pencaharian khusus di Pulau Kabaena.
Saat ditemukan, terdapat tumpukan belulang manusia dan 4 (empat) tengkorak manusia yang besarnya seukuran besar lingkaran galon. “Kami tidak mengrusakkan tempatnya termasuk belulang yang ada,” ujarnya.
Akan tetapi sangat disayangkan, saat penelusuran, yang ditemukan tersisa tulang berserakan yang hampir tak berbentuk. Vandalis telah masuk ke gua itu puluhan tahun silam dan melakukan penggalian.
Meskipun demikian, masih ada beberapa diantaranya yang dapat dikenali tulang rahang dan gigi geraham, salah satu patahan tulang jari yang panjangnya 7 centimeter, potongan tulang belakang, beberapa tulang sendi dan lain2 yang telah membatu.
Gua Mahrun terdapat diketinggian 70 meter di permukaan tanah. Untuk mencapai gua tersebut, harus mendaki dan memanjat tebing batu setinggi 18 meter.
Pada mulut gua di bagian barat, sebagai pintu utama berukuran lebar 80-140 centimeter dengan tinggi mulut rongga sekitar 4 meter.
Panjang gua mencapai 12,20 centimeter dan lebar sekitar 8 – 9 meter.
Di pintu gua bagian timur yang langsung menghadap tebing berukuran 120- 180 centimeter dengan tinggi 210 centimeter.
Gua yang kami duga merupakan pemakaman di tahun srbelum masehi ini, tidak kalah seksi dengan salah satu tempat di bagian Barat Gunung Batu Sangia yang disebut Watu Lanusu.
Di areal itu menurut keterangan sejumlah saksi mata, pernah melihat Rangka Utuh Manusia Raksasa (Rangka’ea). Saat diukur, lebar dada mencapai 180cm dan tinggi diperkirakan 9 meter, yang Insya Allah akan kami susuri segera saat musim kemarau. JR***
Menyusur Jejak Rangka Manusia
Pagi manakala cuaca cerah, kami beranjak menuju salah satu Gua di Bagian Selatan Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana-Sulawesi Tenggara, Sabtu, 24 Juli 2021.
Disebut kami karena yang menelusur masing-masing H. Maidin (60-an) Tahun, Rahmat (50-an) tahun dan saya sendiri.
Star dari rumah sekitar pukul 07.4 waktu setempat menggunakan motor dengan waktu tempuh sekitar 15 menit hingga ke tempat parkir.
Selanjutnya kami meratakan kaki mengikuti kontur bukit pada kemiringan bidang berkisar 40⁰ – 80⁰. Gua yang pertama dituju adalah Batu Kaca. Gua itu berkedalaman sekitar 3 meter dan luas sekitar 5-8 meter.
Disebut batu kaca karena pada bagian tertentu, terlihat lempengan batu mengkilat seperti kaca. Batu itu diduga kuat merupakan stalakmit/stalakti yang terbentuk oleh tetesan air di dalam gua.
Beberapa saat di gua itu, kemudian bergeser mengarah ke selatan melintasi bukit batu yang relatif berisiko bagi keselamatan. Sekitar 45 menit berjalan, sampailah kami di gua yang menjadi tujuan utama.
Setiba di kaki bukit batu yang diduga kuat sebagai tempat rangka manusia itu, kami rehat beberapa jenak, sembari mengisap rokok berdasar selera masing-masing dan beberapa tegukan air putih pada botol aqua 600mg.
GUA MAHRUN
Gua itu kami bersepakat menamakannya Gua Mahrun, yaitu tiga serangkai dari nama kami. Kesepakatan lahir atas pertimbangan gua dimaksud tidak bernama Menurut H. Maidin, orang pertama yang menemukan gua itu Tahun 1990-an melalui petunjuk mimpi, tak pernah ia mendengar orang di Kampung Lengora menyebut bahkan mengetahui keberadaan gua dimaksud.
Pertamakali ditemukan, ia bersama seorang rekannya (sudah almarhum), ketika mencari sarang walet yang kala itu dapat dikategori sebagai salah satu mata pencaharian khusus di Pulau Kabaena.
Saat ditemukan, terdapat tumpukan belulang manusia dan 4 (empat) tengkorak manusia yang besarnya seukuran besar lingkaran galon. “Kami tidak mengrusakkan tempatnya termasuk belulang yang ada,” ujarnya.
Akan tetapi sangat disayangkan, saat penelusuran, yang ditemukan tersisa tulang berserakan yang hampir tak berbentuk. Vandalis telah masuk ke gua itu puluhan tahun silam dan melakukan penggalian.
Meskipun demikian, masih ada beberapa diantaranya yang dapat dikenali tulang rahang dan gigi geraham, salah satu patahan tulang jari yang panjangnya 7 centimeter, potongan tulang belakang, beberapa tulang sendi dan lain2 yang telah membatu.
Gua Mahrun terdapat diketinggian 70 meter di permukaan tanah. Untuk mencapai gua tersebut, harus mendaki dan memanjat tebing batu setinggi 18 meter.
Pada mulut gua di bagian barat, sebagai pintu utama berukuran lebar 80-140 centimeter dengan tinggi mulut rongga sekitar 4 meter.
Panjang gua mencapai 12,20 centimeter dan lebar sekitar 8 – 9 meter.
Di pintu gua bagian timur yang langsung menghadap tebing berukuran 120- 180 centimeter dengan tinggi 210 centimeter.
Gua yang kami duga merupakan pemakaman di tahun srbelum masehi ini, tidak kalah seksi dengan salah satu tempat di bagian Barat Gunung Batu Sangia yang disebut Watu Lanusu.
Di areal itu menurut keterangan sejumlah saksi mata, pernah melihat Rangka Utuh Manusia Raksasa (Rangka’ea). Saat diukur, lebar dada mencapai 180cm dan tinggi diperkirakan 9 meter, yang Insya Allah akan kami susuri segera saat musim kemarau. (JumradRaunde/ADV)