Memotret Biaya Kemanusiaan dari Industri Nikel: CGSP dan Fotografer Indonesia Raih World Press Photo Award 2025
Nickel industry workers ride a modified mini pick-up car used as local public transport in Halmahera island, North Maluku, Indonesia, in August 2024, amidst local traffic congestion and the smoldering chimneys of a nickel smelting and processing plant. (CGSP / Mas Agung Wilis Yudha Baskoro)
The China-Global South Project (CGSP) bersama fotografer Indonesia Mas Agung Wilis Yudha Baskoro memenangkan World Press Photo Award 2025 untuk kategori Asia Pasifik dan Oseania (Singles).
Penghargaan ini diberikan atas esai foto yang menggambarkan dampak sosial dan lingkungan dari industri tambang nikel di Indonesia.
Foto pemenang, yang diambil di Weda Tengah, Maluku Utara, menampilkan pekerja tambang yang berdesakan di bak truk dekat sebuah smelter nikel.
Tanah yang basah akibat hujan memantulkan cahaya dari industri yang terus berkembang, sementara asap mengepul di kejauhan. Di sekitar mereka, buruh lain mengenakan jas hujan plastik seadanya, menyusuri lanskap industri yang kian meluas.
“Saya menerima penghargaan ini dengan rendah hati—bukan sebagai perayaan, tetapi sebagai pengingat bahwa ada cerita-cerita yang masih belum didengar,” kata Yudha.
Menyoroti Realitas Industri Nikel
Dalam pernyataan resminya, juri menyoroti bagaimana industri nikel di Indonesia berkembang pesat dalam satu dekade terakhir.
Saat ini, Weda Bay menyumbang 17% produksi nikel global, logam yang sangat penting bagi baterai kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan.
Namun, riset menunjukkan bahwa ekspansi tambang di kawasan ini memicu deforestasi yang memperparah banjir, sementara polusi udara dari smelter nikel dan pembangkit listrik berbasis batu bara semakin meningkat. Sebuah puskesmas setempat mencatat lonjakan 25 kali lipat kasus penyakit pernapasan antara tahun 2020 hingga 2023.
Jejak Karya dan Perjalanan Yudha
Mas Agung Wilis Yudha Baskoro adalah seorang fotografer lepas, antropolog, dan fotografer dokumenter yang berbasis di Jakarta. Ia memiliki fokus khusus pada isu-isu lingkungan dan sosial budaya. Karyanya sering dimuat di media internasional dan organisasi non-pemerintah.
Sebelum meraih World Press Photo Award 2025, Yudha telah menerima Honorable Mention di SOPA Awards 2024 untuk kategori Eksplanatori Jurnalisme.
Pada 2023, ia juga menjadi salah satu fotografer dalam pameran NGV Triennial di National Gallery of Victoria, Australia, mewakili Indonesia dalam proyek Megacities bersama seniman dari sepuluh negara.
Narasi yang Sering Terlupakan
Eric Olander, Pemimpin Redaksi CGSP, menegaskan bahwa proyek ini berawal dari pertanyaan mendasar yang sering terabaikan dalam diskusi global tentang mineral kritis.
“Apa yang terjadi pada masyarakat lokal ketika tambang mulai beroperasi? Ketika smelter berdiri dalam semalam? Ketika tanah mereka tidak lagi terasa sebagai milik mereka sendiri?” ujar Olander.
Menurutnya, perdebatan seputar transisi energi global sering kali mengabaikan komunitas di garis depan industri ini—petani, pedagang, dan kelompok adat di Sulawesi dan Maluku yang hidupnya berubah karena ekspansi tambang dan pemrosesan mineral.
“Melalui proyek ini, kami ingin mendokumentasikan sejarah yang sedang berlangsung—agar para pembuat kebijakan, investor, dan masyarakat luas bisa memahami dampak sosial dari percepatan industrialisasi ini,” katanya.
Di Balik Sorotan Lensa: Menyingkap Harga Sosial dan Lingkungan Tambang Nikel
Foto Yudha bukan sekadar potret industri tambang, melainkan cerminan dari realitas sosial dan lingkungan yang terjadi di lapangan.
Pekerja yang berdesakan di bak truk berlumpur, asap yang membubung dari smelter, serta hujan yang mengguyur lanskap industri menampilkan dampak nyata dari ekspansi pertambangan.
Di balik gambar ini, ada kisah tentang tanah yang tergusur, air yang tercemar, dan pekerja yang mempertaruhkan nyawa demi industri yang dikendalikan oleh kepentingan ekonomi global.
“Transisi energi dan revolusi kendaraan listrik seharusnya tidak dibayar dengan kehidupan dan lingkungan masyarakat yang menjadi sumber utama bahan baku,” ujar Yudha.
Penghargaan dari World Press Photo Award 2025 bukan sekadar pengakuan artistik, tetapi juga dokumentasi sejarah atas realitas yang kerap luput dari perhatian.
Melalui foto ini, Yudha berharap ada kesadaran lebih luas—baik di dalam maupun luar negeri—tentang konsekuensi sosial dan ekologis dari industri nikel yang berkembang pesat.
“Dengan sorotan global, saya berharap ada kebijakan yang lebih berpihak pada masyarakat adat dan komunitas lokal, termasuk pekerja tambang. Juga ada dukungan nyata bagi mereka yang terdampak,” kata Yudha.
Sebagai fotografer lepas dengan pengalaman 12 tahun, Yudha telah mendokumentasikan perubahan besar di berbagai daerah kaya sumber daya untuk CGSP, mengangkat sisi manusia yang sering terlupakan dalam rantai pasokan global. (b)