KilasSultra.com-BOMBANA-Desa Lampata, Kecamatan Rumbia Tengah Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, menjadi lokasi program Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan Melalui Pengembangan Ekonomi Inklusif Nelayan Skala Kecil dan Pelestarian Ekosistem Pesisir Desa Lampata.
Salah satu kegiatan dalam program tersebut adalah sosialisasi Tata Kelola Perikanan Rajungan Berskala Kecil & Pelestasian Kawasan Mangrove. Kegiatan dilaksanakan di Kantor Desa Lampata, Kecamatan Rumbia Tengah.(21/3/2023)
Hadir dalam kegiatan ini antara lain tim implementasi program sebagai pelaksanan kegiatan dan dihadiri oleh Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Bombana, Perangkat Desa, nelayan, serta kelompok perempuan. Peserta yang hadir terlibat dalam sosialisasi mengenai tata kelola perikanan rajungan berskala kecil dan pentingnya pelestarian kawasan mangrove.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait tata kelola yang berkelanjutan dalam aktivitas perikanan rajungan berskala kecil. Selain itu, pentingnya konservasi dan pelestarian kawasan mangrove juga akan ditekankan dalam kegiatan ini.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bombana Sarif mendukung kegiatan tersebut. Dia berharap hadirnya sosialisasi ini, dapat memberikan informasi yang berguna dan strategi terbaik dalam mengelola perikanan rajungan secara bertanggung jawab.
“Kita harapkan akan terbangun kesadaran kolektif dalam menjaga dan melestarikan kawasan mangrove yang berperan penting dalam ekosistem laut,” paparnya
Sarif menambahkan kegiatan ini menjadi momen yang berharga untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah, nelayan, dan masyarakat setempat dalam mendukung pembangunan berkelanjutan sektor perikanan.
“ Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi Desa Lampata dan lingkungannya,” tandasnya
Tujuan dari sosialisasi tata kelola perikanan rajungan dan pelestarian kawasan mangrove adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang perlunya menjaga keberlangsungan hidup sumber daya perikanan baik rajungan maupun kawasan mangrove.
Beberapa tujuan lain dari sosialisasi tersebut antara lain, mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan perikanan.
Melalui sosialisasi, diharapkan masyarakat dapat mengakses informasi dan pengetahuan tentang pentingnya menjaga sumber daya perikanan yang berkelanjutan dan bergantung pada keberadaan kawasan mangrove sebagai habitat rajungan.
Dengan demikian, masyarakat akan lebih terlibat dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada keberlangsungan perikanan dan lingkungan sekitar.
Kawasan mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan hidup rajungan dan spesies laut lainnya. Melalui sosialisasi, diharapkan masyarakat akan lebih memahami manfaat dan pentingnya kawasan mangrove dan tergerak untuk melindunginya.
Sosialisasi juga dapat memberikan informasi tentang teknik dan praktik perikanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, seperti pengelolaan limbah yang benar atau praktek penangkapan rajungan yang berkelanjutan. Dengan meningkatkan pengetahuan ini, diharapkan masyarakat akan menerapkan teknik dan praktik perikanan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan.
Sarif berharap dengan sosialisasi tentang tata kelola perikanan rajungan dan pelestarian kawasan mangrove, dapat ditingkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya perikanan.
“Hal ini juga akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan tindakan masyarakat dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan sekitar,” tutupnya (ADV)