Banner Iklan

Burhanuddin Buka Festival Kampung Adat Moronene di Hukaea Laea

KilasSultra.com-BOMBANA-Pj. Bupati Bombana Burhanuddin resmi membuka Festival Kampung Adat Moronene Hukaea Laea (Montewehi Wonua Kampo Hukaea Laea) Rabu 22 November 2023

Festival digelar sebagi momentum guna melestarikan warisan budaya dan tradisi masyarakat Moronene di Hukaea Laea. Sebuah perkampungan yang masih kental  akan prosesi adat istiadatnya

Kampung adat Hukaea Laeya berada di wilayah administrasi dusun III, Desa Watuwatu Kecamatan Lantari Jaya. Akses jalan ke kampung ini melewati kawasan savana Taman Nasional Rawa Aopa Watumeohai  sejauh 9 Kilo meter.  dengan jalan kontur tanah bertekstur lembek bila musim hujan.

Sedangkan jarak dari kampung adat ke Desa Watuwatu lumayan jauh, kurang lebih kisana 20 Km dari Rumbia Ibukota Kabupaten Bombana.

Pemerintah Kabupaten Bombana memberikan pengakuan resmi kepada wilayah adat tersebut melalui SK Bupati Bombana tahun 2023, sebuah perjuangan masyarakat setelah berjuang sejak tahun 1995.

Hukaea Laea terletak di tengah Hutan Konservasi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, yang berbatasan langsung dengan Konawe Selatan. Terdapat 110 Kepala Keluarga (KK) yang masih bertahan.

Digelarnya pesta adat menjadi ajang etnis Moronene guna menyaksikan ritual tertentu pasca panen.

 

 

Pj Bupati Bombana Burhanuddin berharap Kampung Adat Hukaea Laea dapat menjadi Destinasi wisata yang bisa menarik wisatawan lokal maupun Manca Negara, dengan tetap mempertahankan kearifan lokalnya.

“Ini patut dipertahankan, agar setiap orang yang berkunjung disini mampu mendapatkan suasana yang luar biasa. Suasana yang tidak lazim karena dikampung ini akan tetap mempertahankan kearifan lokal yang menjadi ciri khasnya masyarakat Moronene,” ungkapnya.

Mayoritas penduduknya masih bercocok tanam. Kendati dipaksa pindah dan mengalami sejumlah intimidasi di zaman orde Baru, Namun etnis Moronene Hukaea, masih teguh memegang atau menjalani tradisi adat istiadatnya secara turun temurun. Satu diantaranya tradisi tersebut, yakni ritual panen Raya.

 

Ritual ini, dilakukan secara rutinitas setiap tahunnya. Warga Hukaea meyakini, ritual panen raya sebagai persembahan sujud syukur atas limpahan alam yang diberikan oleh Yang Kuasa kepada Manusia.

”Selalu kami lakukan. Ritual itu sudah mengakar dari turun-temurun. Ini bagian sujud syukur atas hasil panen yang diberikan oleh yang Kuasa,” ujar Mansur Lababa salah satu tokoh adat etnis moronene di Hukaea Laea.

Selain sujud syukur, ritual ini diyakini sebagai bagian prosesi untuk menolak balaa atau mengusir hama tanaman yang bisa saja mengganggu atau mengurangi hasil panen masyarakat Hukaea Laea.

Mansur menguraikan, setidaknya ada tiga bagian yang terpenting dalam prosesi acara adat pesta panen di wilayah Hukaea Laea.

 

 

Diantaranya, proses adat Moo Oli. Ritual ini dianggap sebagai upaya untuk mengusir roh jahat yang bisa saja mengganggu masyarakat dalam bercocok tanam. Lalu dilajutkan dengan proses mewuwusoi. Ritual ini kata Mansur doa permintaan secara berjamaah.

”Ini doa bersama, memohon Yang Kuasa untuk melepas masa panen selama setahun. Selain itu, persiapan untuk menyambaut musim tanam selanjutnya,” ujarnya.

Terakhir prosesi Mehedoi. Acara ini merupakan luapan kegembiraan atas terselenggaranya proses ritual serta hasil panen yang dicapai masyarakat. (ADV)

 

Tulis Komentar