Berkunjung di BNPB, Ali Mazi Laporkan Ancaman Bencana di Sultra
KilasSultra.com.JAKARTA-Gubernur Sulawesi Tenggara H. Ali Mazi lakukan kunjungan kerja ke Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, Jakarta Timur. 20 Februari 2021
Gubernur laporkan potensi bencana yang mengancam Sulawesi Tenggara kepada Kepala BNPB-RI Letnan Jenderal TNI Doni Monardo. Potensi Bencana itu Kata Ali Mazi dapat saja terjadi dari waktu ke waktu.
Laporan potensi bencana itu, antara lain, dataran rendah sebagian wilayah pesisir Pasar wajo Ibu kota Kabupaten Buton yang rawan akan bencana Tsunami. Serta ancaman bencana longsor dan banjir untuk tujuh Kabupaten Di Sultra.
Dalam pertemuan koordinasi dan konsultatif tersebut Gubernur Ali Mazi dan Kepala BNPB-RI Doni Monardo membicarakan pemindahan permukiman warga Pasarwajo di pesisir Teluk Buton.
Rencana itu untuk antisipasi dampak tsunami yang dapat terjadi setiap saat, dan juga banjir akibat Rob atau naiknya permukaan air laut, atau air laut yang pasang dan menggenangi daratan pada daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut.
Kepala BNPB-RI Doni Monardo menyatakan bahwa kendati tidak dapat dipastikan kapan, namun kemungkinan tsunami masih akan terjadi di Pasarwajo, atau di pesisir Kabupaten Buton yang menghadap langsung Laut Flores dan Laut Banda.
“Jika suatu daerah pernah dilanda tsunami, maka kemungkinan besar daerah tersebut masih akan menerima impact yang sama, entah kapan,” kata Kepala BNPB-RI Doni Mornado.
Tidak Cuma itu, Gubernur Ali Mazi juga mengusulkan rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana longsor dan banjir besar tahunan pada tahun 2019 dan tahun 2020, yang terjadi di beberapa kab/kota di Sultra (Kolaka, Kolaka Utara, Kolaka Timur, Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan, dan Bombana), juga akan segera ditindaklanjuti oleh BNPB-RI setelah dilakukan verifikasi tahap awal.
“Verifikasi tersebut bertujuan untuk mendeteksi besaran dan dampak bencananya seperti apa,” jelas Gubernur Ali Mazi.
Aliran Sungai Wanggu juga mendapat perhatian serius Gubernur Ali Mazi dan Kepala BNPB-RI Doni Monardo. Sedimentasi (proses pendangkalan) yang terjadi di muara sungai ini, ikut menyebabkan pendangkalan pada dasar Teluk Kendari.
Volume sedimen yang masuk ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu sebagian besar disumbangkan oleh aktivitas pertambangan dan kegiatan masyarakat di dua kabupaten/kota yang dilalui sungai ini. DAS Wanggu merupakan bagian dari Sungai Lasolo – Sampara, yang secara administratif meliputi Kota Kendari (di Kecamatan Mandonga, Baruga dan Anduonohu), dan Kabupaten Konsel (di Kecamatan Ranomeeto, Moramo dan Konda).
Pertemuan tersebut berhasil mendorong sejumlah keputusan penting terkait kebencanaan di Provinsi Sultra. Kedua belah pihak menjadikan potensi kebencanaan di Sultra sebagai perhatian serius dan harus mendapat penanganan khusus.
“Khususnya pemerintah provinsi. Sebab, potensi kebencanaan ini adalah dampak dari masifnya aktivitas masyarakat yang berada di perlintasan sungai, utamanya areal-areal penambangan dan aktivitas manusia yang tidak bersahabat dengan alam,” demikian Kepala BNPB Prov. Sultra Muhammad Yusup. (ADV)