SAYA tak bisa membayangkan jika saja proses perjuangan pengajuan Oputa Yi Koo sebagai Pahlawan Nasional pada 2019 yang lalu tanpa sokongan dan dukungan penuh Bapak Ali Mazi, Sulawesi Tenggara masih akan belum mempunyai pahlawan nasional.
Ketika diawal prosesnya saya mendampingi Tasrifin Tahara sebagai ketua tim TP2GD menghadap beliau, beliau langsung menaruh respek dan menyatakan kesediaan mendukung sepenuhnya upaya perjuangan Oputa Yi Koo sebagai Pahlawan Nasional.
Banyak yang pesimis bahwa perjuangan itu dapat berhasil, aral merintang dengan melintang, tak mungkin mengalahkan jenderal Soeharto, mantan presiden dengan masa jabatan terlama, atau tak mungkin menggeser M. Yusuf, jenderal eksentrik asal Bugis, begitu kata banyak orang.
Tetapi ada semangat Sumanga di dada kami, berkobar menyala-nyala. Tekad kami sudah bulat, apapun upaya akan dilakukan dengan Ali Mazi menopang di belakang kami.
Seminar-seminar kemudian dihelat, para pakar diundang dihadirkan. Oputa Yi Koo dibicarakan banyak tokoh seluasnya, kampanye di media masif dilakukan, disambutlah gaung itu, Jakarta memulai intens memberi perhatian.
Kemensos mengirim tim ke Baubau, meneliti dan melihat dari dekat jejak peninggalan Oputa Yi Koo, beserta mereka tergabung juga tim dari Arsip Nasional.
Ali Mazi lalu “terbang” ke Jakarta dan memulai sebuah lobby yang intensif. Bersama A.S. Thamrin, Walikota Baubau, Ia mengunjungi Kementerian Sosial, di sana bertamu, bertemu dan berbincang akrab dengan Agus Gumiwang Kartasasmita menteri sosial waktu itu, kawan dulu separtainya di Golkar
Dalam pembicaraan personal sebagai dua sahabat yang terbuka dan akrab, Ali Mazi tanpa sungkan menitip Oputa Yi Koo ke Mensos.
“Beliau ini kakek saya, saya titip urusannya di Pak Menteri”.
Pak Agus mengernyit dahi, dan sebuah senyum kemudian tersungging manis di bibirnya. Sebuah lagi pertanda baik.
Sebulan setelah itu, dalam sidang Dewan Gelar di istana negara diskusi terjadi alot. Dua dari lima anggota lainnya, masing-masing Prof. Meutia Hatta dan Prof. Jimly Assidiqie menguatkan Oputa Yi Koo
Dan akhirnya setelah semua anggota teryakinkan dalam sidang itu, terketuklah palu persetujuan seluruh anggota dewan gelar, resmilah Oputa Yi Koo disetujui sebagai pahlawan nasional.
Penetapan dan pengesahannya kemudian dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara pada sebuah seremoni inaugurasi kenegaraan.
Sebagai orang Buton, begitu saya bangga dan emosional ketika gambar dalam bingkai besar Oputa Yi Koo dijejerkan di sana, di istana negara, berderet dijajarkan dengan pahlawan lainnya.
***
SAYA mengikuti kunjungan kerja Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi di Baubau seharian kemarin.
Selain proyek raksasa jembatan Tona (Buton–Muna), yang rencana akan dimulai pengerjaannya pada 2021–2022, program prestisius lainnya adalah pembangunan patung dan museum Oputa Yi Koo di Kota Mara, Kota Baubau.
Patung itu didesain megah dengan museum menyangga tepat berada di bawahnya. Museum akan berisi diorama dan jejeran benda peninggalan serta dokumen yang naratif (mungkin dalam juga bentuk digital), segalanya terkait Oputa Yi Koo.
Sebuah film layar lebar Oputa Yi Koo akan juga diproduksi, dengan scene dan latar sepenuhnya masa lalu yang kolosal.
Itu kelak akan menjadi legasi bagi Gubernur Sultra, Ali Mazi dan Walikota Baubau, A.S. Thamrin, akan terus nanti dikenang masyarakat Buton, bahkan sekalipun keduanya tak menjabat lagi.
La Yusrie.